Barbie: Boneka Cantik Nan Mempesona

Sejak pemunculannya hingga saat ini, boneka cantik yang selalu tampil modis ini telah mewabah di kalangan remaja diseluruh dunia. Namun siapa sangka boneka trendy ini sudah berusia cukup uzur. Berkisar 2 minggu lagi, tepatnya tanggal 9 Maret 2009 nanti, Barbie genap berusia 50 tahun.

Boneka awalnya hanya satu jenis permainan yang disukai oleh anak-anak berjenis kelamin wanitta. Boneka biasanya memiliki pakaian dan menjadi bahan untuk menguji kreatifitas anak dalam berimajinasi. Dengan boneka anak-anak bisa melakukan permainan bongkar pasang. Bila bajunya tidak cocok atau disesuaikan dengan kondisi ‘cerita’nya, maka figur itu bisa dibongkar pakaiannya dan dipasang dengan pakaian yang sesuai ‘skenario’. Harganya pun mudah dijangkau.

Berbeda dengan keberadaan Barbie yang bertolak belakang dengan hal tersebut, maka Barbie lebih disukai oleh semua kalangan. Tidak hanya anak SD, mungkin anak SMP, SMU hingga ibu-ibu muda pun gemar mengoleksi benda ini. Boneka Barbie ternyata memiliki nama lengkap, ‘Barbie Millicent Roberts’, lahir 9 Maret 1959, langsung berpendidikan SMU dengan multi karir (lebih dari 70 karir) seperti Astronot, dokter,
pembalap dan yang pasti dia adalah seorang model remaja.

Nama barbie diberikan oleh Barbara Handler, anak dari Ruth Handler, pembuat dan pendiri perusahaan mainan Amerika yang bernama Mattel, pabrik dimana Barbie dibuat sejak 50 tahun lalu. Pertama kali, Barbie muncul saat pameran mainan anak-anak di New York. Kecantikannya langsung merebut hati dunia. Pada tahun pameran itu digelar penjualan Barbie telah melebihi 300 ribu unit.

Saat ini Mattel memperkirakan ada 100.000 kolektor Barbie kelas berat yang membeli 20 boneka Barbie dan mebelanjakan 1000 U$D setiap tahunnya, asal tahu saja boneka Barbie rata-rata terjual sebanyak 178.000 buah perhari dan diperkirakan 90% wanita Amerika pernah/masih memiliki boneka Barbie.

Ikon Wanita Idola

Lucune

Segala macam ilusi atau mungkin lebih tepat disebut imajinasi mengarah kepada keberadaan Barbie yang ‘sempurna’. Lihat saja postur tubuhnya. Rambut pirang, mata bundar berwarna biru, kaki jenjang dan perawakannya yang tinggi semampai. Sebuah gambaran ideal dan sarat dengan nilai femininitas. Bila diperhatikan dengan seksama, wajahnya pun adalah wajah yang teduh, bersahabat dan seakan-akan selalu menyapa pada siapa saja. Meski ada yang bilang, wajahnya adalah wajah yang bodoh, namun siapa saja mengamini, bahwa ada aroma kecantikan yang terpancar.

Ada nilai kepercayaan di sini. Wanita cantik dan mengumbar senyum menawan pada setiap orang tentunya memberi kepercayaan kepada orang yang belum mengenalnya untuk mendekati. Barbie yang feminin dan berambut panjang itu memberi pengaruh betapa dahsyatnya sebuah benda mati mampu memberi impian pada setiap wanita untuk mengidolakannya.

Mencari sebuah ikon budaya yang popular dewasa ini tidak sulit seiring dengan berkembangnya wacana berpikir yang disertai dengan semakin mengglobalnya acara TV dan media massa secara cepat. Bila Elvis ataupun James Bond bisa dikatakan sebagai ikon budaya yang membutuhkan peng-ideal-an seorang laki-laki, maka Barbie masuk dalam wilayah ini sejajar dengan Madonna, Cher yang memiliki kaki indah maupun Mandy Moore yang mempunyai lekuk tubuh yang bagus.

Membangun citra memang tidak hanya diraih dengan cara kepemilikan Barbie, namun bisa juga diraih oleh produk-produk maupun personal yang lebih mengedepankan citra dan gaya. Susan Pearce (1995), seorang sosiolog menekankan bahwa secara sadar atau tidak, aktifitas mengoleksi suatu produk yang sarat dengan nilai citra adalah aktifitas mengonsumsi juga. Bila demikian halnya, maka kegiatan mengoleksi bisa berarti pula tuntunan untuk mengonsumsi sebanyak mungkin.

Di samping hal tersebut, Pearce juga menganggap bahwa kegiatan mengoleksi ini adalah juga menyentuh persoalan pribadi. Disadari atau tidak, tindakan mengoleksi ini seringkali menggambarkan atau malah mengembangkan jati diri mereka. Sehingga Barbie dianggap juga tidak hanya merepresentasikan ikon konsumerisme melainkan juga ikon materialisme, yakin penggunaan barang-barang hak milik untuk menandakan dan membentuk jati diri seseorang.

Omset Menurun

Barbie

Barbie akhirnya tidak hanya menjadi sekedar boneka, tapi juga dimanfaatkan sebagai gerakan politik maupun budaya. Barbie pernah dijadikan simbol untuk gerakan kesetaraan gender bahwa perempuan bisa berkarir menjadi apa saja. Barbie juga masih dilarang di Arab Saudi karena dianggap sebagai ‘Mainan Yahudi’.

Usia yang semakin bertambah serta kepopulerannya, tentu saja diiringi oleh terpaan permasalahaan dan tantangan yang beraneka ragam. Saat ulang tahunnya kali ini, Barbie seolah tidak bergembira Barbie dianggap telah melahirkan kontroversi ketika ribuan anak remaja menderita anorexia karena ingin tubuhnya seperti Barbie.

Mereka rela memotong jadwal makan mereka demi menghasilkan tubuh ramping seperti Barbie. Banyak yang sakit dan kecaman pun mengalir kepada Barbie. Selain itu, dalam 7 tahun terakhir datang pula saingan baru bagi Barbie yang dikenal dengan boneka Bratz.

Faktor-faktor ini sangat mempengaruhi omset penjualan Barbie. Tahun lalu (2008), omset dari penjualan Barbie jatuh sekitar 21%. Meskipun begitu Barbie tetap menampilkan wajah muda dan mempesona dengan model-model pakaian terbaru yang tak terhitung banyaknya. Konon katanya, Barbie juga menjadi sumber inspirasi bagi para designer untuk merancang kreasi pakaian-pakaian terbaru mereka.

Saat ini, Barbie telah muncul dalam situs facebook.com dan my space yang saat ini juga sedang mewabah. Boneka yang tingginya 29 cm ini, sampai saat ini masih menjadi produk utama dari Mattel.