Masa studi berakhir, Pergi sudah proposal berlandaskan teori ala makalah bab 2 anak sekolahan.
Selamat datang dunia mencari duit. Inilah realitas. Inilah dunia sebenarnya.
Lupakan passion.
Lupakan hal-hal berlabel 'sejati' atau 'sesungguhnya' semacam:
Kebahagiaan sejati,
persahabatan sejati,
integritas 'sesungguhnya',
baik dan benar 'sesungguhnya',
cinta 'sejati.'
Realitas (baca: duit, power, pride) berbicara.
Kerennya, Reality speaks louder than ideality
Jika duit yang menjadi dasar realitas manusia, maka 'milik' saya mungkin bukanlah sekarang.
Bisa jadi masih nunggak 1,5 tahun lagi.
Jika duit yang menjadi ujung pangkal perjalanan ini, saya tentu akan merasa sangat ketinggalan kereta.
Jika demikian, Lalu apa artinya perjalanan yang saya pilih saat ini?
Jika duit yang menjadi tujuan akhir segalanya, apa iya itu cukup?
Jika perjalanan saya saat ini hanyalah perhentian atau kendaraan sesaat demi mencapai duit yang lebih dari yang lain, apa iya itu cukup?
Cukup untuk memuaskan saya?
Cukup untuk membahagiakan saya?
Cukup untuk menjadi sebuah tujuan akhir dari semua perjalanan ini?
Tujuan akhir. Dari situlah segala sesuatunya tentang perjalanan ini seharusnya dimulai.
Saya bernafas.
Saya hidup.
Saya berjalan.
Saya berpikir.
Saya manusia.
Saya ingin bahagia.
Saya rasa semua yang hidup menginginkan kebahagiaannya masing-masing.
Demikian pula dengan saya.
Arti bahagia bagi saya mungkin tidak sama dengan kamu.
Jalan menuju kebahagiaan bagi saya mungkin tidak sama dengan kamu.
Eh, tapi saya yakin satu hal.
Bahagia saya nggak bakal bikin susah kamu.
Karena saya nggak akan bahagia di atas penderitaan orang lain.
Ya itu saya sih.
Mungkin juga tidak sama dengan kamu.
Bisa beda-beda.
Mungkin itu ya namanya realitas.
penuh Pluralitas.
Paling tidak inilah saya,
secuil bagian dari pluralitas sebuah realitas
Valencia Leonata, 22 tahun,
beserta arti serta jalan kebahagiannya.
# Januari 2011.
The good you do today, will often be forgotten. Do good anyway.